Blogger dan jurnalis itu buat aku sih serupa tapi tak sama. Apalagi pernah ngerasain kedua profesi ini.Apa persamaan dan perbedaan kedua profesi ini?
Maaf kalau kali ini bikin tulisan receh soal perbedaan blogger dan jurnalis.Jujur banyak temen-temenku yang taunya kalau aku tuh jurnalis loh. Mungkin hanya segelintir yang tahu kalau aku tuh juga blogger.
Ibaratnya kalau ada 10 temen,mungkin 7 diantaranya mengenal aku sebagai jurnalis dan hanya 3 yang tahu aku (pindah profesi) sebagai seorang blogger juga. Maklumlah, aku kelamaan di dunia jurnalis. Awal karir di dunia jurnalis itu sebenarnya tahun 2001 (buat yang mau ngitung umur boleh ya hehe).
Saat itu, baru lulus kuliah. Ngelamar sana sini kok ya yang nyangkut pekerjaan sebagai jurnalis. Mungkin juga sih karena selama kuliah sudah ikut lembaga pers mahasiswa plus dah sering nulis dikoran-koran lokal hehehe. Pertama banget kerja jurnalis di sebuah media, namanya InfoBank, media yang spesifik membahas isu keuangan dan perbankan.
Nggak kehitung berapa banyak orang penting yang sudah ditemui (di wawancarai) selama kerja sebagai jurnalis InfoBank. Khususnya pejabat-pejabat keuangan dan perbankan.oh iya, di sini aku juga sempat ditempatkan buat menulis di desk /halaman hukum perbankan. Nah kalau ini yang ditemui pengacara-pengacara, jaksa ,hakim, pengamat hukum dll.
Seingatku sih sempet lama juga megang rubrik Ragam Gaya. Ini isinya soal restoran-restoran dan hal-hal ringan. Juga berkesepatan untuk liputan luar kota dan luar negeri pastinya. Menariklah pokoknya.
Tapi, alhamdulillah bersyukur banget dengan pekerjaan jurnalis yang mungkin dipandang sebelah mata oleh banyak orang ya. Memang sih pekerjaan ini mungkin nggak sekeren PNS .Tapi dari pekerjaan jurnalis ini ternyata kami (suami juga jurnalis) kami tercukup secara materi.
Rumah, mobil dan yang standar-standar alhamdulillah kebeli juga (walau kreditan ya hehe). Tabungan dan investasi, walau nggak banyak, punyalah. Anak-anak bisa disekolahkan di sekolah terbaik (versi kami tentunya).
Sekitar 7 tahun di InfoBank , aku ingin kerja jurnalis yang lebih fleksibel. Pindahla ke Listrik Indonesia. Ini majalah yang membahas soal kelistrikan. Disini, aku nggak full time lagi tapi sudah jadi freelance jurnalis. Sederhananya sih gini, kalau ada wawancara ,mereka akan mengubungi aku untuk melakukan waancara nara sumber.
Tentu bukan hanya wawancara tapi juga di”setor” dalam bentuk tulisan. Ohiya, kadang sih ada juga kewajiban ke kantor buat rapat redaksi misalnya atau finishing sebelum cetak dan lainnya. Selain waancara sesuai pesanan tadi, karena juga mendapat tugas beberapa rubrik jadinya harus melakukan wawancara mandiri juga. Bisa ketemu,bisa juga via telp.
Oh ya sebagai blogger, Seperti yang pernah aku ceritakan, menekuni secara serius baru sekitar dua tahun terakhir. Sebelumnya, blognya isinya hanya curhatan belaka dan akhirnya juga menghilang tak sengaja.Selengkapnya bisa baca disini ya
Jadi walaupun sama-sama menulis, jurnalis dan blogger mempunyai banyak perbedaan loh. Dibawah ini akan aku jelaskan ya
FAKTA JURNALIS VS BLOGGER
# Kode etik jurnalis dan blogger
Seperti yang mungkin sudah banyak diketahui teman-teman ketahui, kode etik jurnalis dan blogger jelas-jelas berbeda. Jurnalis harus taat pada kode etik jurnalistik. Misalnya menulis haruslah cover both side dalam mencari berita dan mengacu pada 5W 1H dalam penulisannya. Sedangkan penulisan blogger lebih santai dan mendekatkan diri kepada pembacanya.
#Objektif vs subjektif
Penulisan di blogger lebih subjektif walaupun tetap memuat kebenaran dan fakta dari si penulis. Sedangkan di media konvensional, penulisan harus mengacu pada objektivtas, fakta yang jelas, dan pendapat dari berbagai pihak tadi (cover both side).
#Ketika menghadiri event
Ketika menghadiri event, sah-sah saja bagi blogger menerima goodie bag dan mungkin sejumlah uang. Bahkan sebelumnya malah sudah diinfokan fee yang akan diterima karena akan menulis soal acara atau mungkin mereview produk.
Sedangkan bagi jurnalis,ketika menghadiri acara barangkali akan menerima juga goodie bag tetapi menerima sejumlah uang dari penyelenggara/nara suber tidak diperbolehkan dan dianggap melanggar kode etik jurnalistik. Menerima sejumlah uang sama artinya dengan mengabaikan objektivitas ketika menulis beritanya kelak.
Apalagi untuk berita-berita “ sensitif” misalnya kasus hukum. Heheheh...menerima sejumlah uang dari penyelengara acara/nara suber benar-benar ditakutkan mengaburkan ke objektivitasan dalam penulisan berita.
#Bahasa baku vs slengekan
Penulisan bahasa media atau jurnalis cenderung menggunakan bahasa baku. Sedangkan bahasa blogger lebih santai atau dikenal dengan bahasa slengekan bahkan story telling-nya banyak yang lebh dominan.
#Pendapatan
Pendapatan jurnalis biasanya berasal dari media tempat dia bekerja. Bila perjalanan ke luar kota/luar negeri akan ada lagi semacam uang jalan/transport dari perusahaan. Sedangkan jurnalis dibayar dari revie yang mereka tulis, google adsense dan lainnya.
Itu dulu perbedaan jurnalis dan blogger. Keduanya tentu saja pekerjaan yang mulia dan tentu menyenangkan. Mau menabahkan, boleh banget di kolom komen yaa..
Semoga sehat selalu...
Jadi jurnalis enak juga ya Mbak, bisa dapat meliput ke tempat yang butuh izin masuk, terus pendapatannya juga stabil.
BalasHapusHanya saja saat nulis, ada kode etiknya. Nggak kayak blogger yang nulisnya semaunya aja.
iya kak Rudi, lumayan menarik profesi ini.Apalagi sangat "dimanja"sama perusahaan-perusahaan , agency/PR, pemerintahan juga hahaha
HapusEhehe mirip tapi beda ya mbak.
BalasHapusAku lulus kuliah jadi wartawan, padahl kuliah di tata busana. Nah lhoooo.... Tapi saat itu jadi wartawan mode sih ehehe.
Memang beda banget antara wartawan entertain, berita, dll. Sama blogger juga kelihatan sih bedanya ehehe