"Tidak ada kawan sejati. Tidak ada musuh yang abadi. Yang ada adalah kepentingan yang abadi" ( perumpamaan dalam politik)
Politik tidak selalu kompetisi. Tapi juga soal eksistensi. Kini, perempuan berpolitik bukan lagi sebuah keanehan. Bahkan, ada pentingnya wanita berpolitik.
Bagi saya, politik bukan hal asing sama sekali. Sedari kecil, kedekatan saya dengan politik sudah sangat kental. Maklumlah.dulu almarhum abah saya sangat aktif di organisasi dan politik.
Dimasa partai di Indonesia hanya tiga buah, beliau aktif di partai berlambang beringin. Sebelum nya beliau juga aktif sebagai ketua wilayah organisasi kepemudaan di kalangan Nahdlatul Ulama (NU) Kalsel.
Zaman reformasi dan di akhir-akhir usianya, abah merupakan salah satu deklarator partai di bawah NU untuk wilayah Kalsel juga.
Tidak heran, semasa beliau hidup, rumah kami sekali ramai. Kadang datang sekumpulan pemuda yang datang ke rumah buat sekedar berdiskusi atau malah rapat malam-malam.
Btw, abah meninggal di usia relatif muda dan bisa dikatakan sedang bagus-bagus nya karir beliau di pekerjaan dan dunia politik yang baru menapaki masa reformasi saat itu.
Kadang-kadang, saya suka membayangkan, kalau saat ini beliau masih hidup, pastilah sudah aktif sekali dalam dunia politik. Tapi sekaligus, saya juga bersyukur beliau tak hidup di zaman, dimana politik sudah terasa sangat "kasar" di Indonesia
Saling menjatuhkan sudah hal biasa. Belum lagi banyak tokoh politik yang tersangkut kasus korupsi. Ujung-ujungnya seperti kita ketahui bersama, adalah penjara. Membayangkannya saja saya sudah merinding.
Tapi, ada yang mengganjal sih kalau melihat politik zaman dulu. Jarang sekali perempuan yang ikutan berpolitik. Buktinya, yang suka ikut rapat di rumah hanya para laki-laki hehe..
Perkenalan politik saat kuliah
Jujur, saya sempat kepikiran kuliah di Jurusan ilmu politik. Namun, memang tidak berjodoh. Ketika mendaftar di universitas negeri, saya tidak lulus hehehe. Akhirnya memang berjodoh kuliah di Fakultas ekonomi. Alhamdulillah.
Namun demikian, ketertarikan dengan politik tak kunjung memudar.Salah satu yang saya lakukan untuk tetap "berpolitik" secara sehat adalah dengan ikut berbagai kegiatan kemahasiswaan.
Sejak kuliah saya sudah aktif di lembaga pers mahasiswa (LPM) yang secara intens membicarakan soal ekonomi dan tidak jarang mengaitkannya dengan politik.Disini banyak belajar soal persaingan 'politik' ala mahasiswa. Misalnya soal memperebutkan sebuah jabatan di kelembagaan kampus.
Namun sisi lainnya juga mengajarkan keilmuan dan kesetiaan persahabatan yang memang tidak terhalang perebutan 'kekuasaan' ala lembaga kampus tadi.
Bagi saya, politik kampus ternyata juga mengajarkan bahwa dalam kehidupan riil kelak banyak sekali tipe-tipe manusia dengan berbagai polah perilakunya. Tinggal bagaimana kita menyikapi berbagai perbedaan pandangan tersebut. Oh iya, di kampus ini, saya baru sadar, perempuan dan laki-laki memiliki hak yang sama dalam politik kampus. Walau ini hanya lingkup politik kecil-kecilan saja.
Kiprah perempuan dalam politik
Benarkah hanya zaman sekarang saja perempuan berpolitik? Kalau kalian sempat berpikiran seperti itu, itu salah besar. Salah satu tokoh perempuan panutan dalam Islam yang sudah memainkan peran politik-nya, khususnya sejak rasullullah wafat adalah istri nabi Muhammad, Siti Aisyah.
Beliau dikenal sebagai muslimah yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata , kemudian juga dikenal sebagai perempuan yang banyak menghafalkan hadist-hadist Rasulullah, dengan gelar Al-Mukatsirin (orang yang paling banyak meriwayatkan hadist). Beliau perempuan berpengaruh dalam dunia Islam.
Kemudian, di Indonesia sendiri, meskipun kental aroma budaya patriarki, “kuasa” perempuan di Jawa ternyata juga dicatat oleh sejarah. Sejak masa kerajaan-kerajaan Hindu Buddha, ada beberapa perempuan yang berpengaruh dalam politik kerajaan. Seakan zaman itu, sudah jelas para perempuan tahu, betapa pentingnya wanita berpolitik.
Misalnya, Ratu Sima, seorang raja perempuan yang dikenal memerintah dengan keras ,tegas sekaligus bijaksana dalam memerintah Kerajaan Kalingga (Jawa Tengah) pada abad VII.
Lalu ada Pramodhawardhani dari Mataram Syailendra pada abad IX dan juga Sri Isana Tunggawijaya putri Mpu Sindok dari Wangsa Isana yang memerintah Kerajaan Medang menggantikan ayahnya.
Di zaman Majapahit tercatat ibu suri Rajapatni yang pada masa tersebut bisa dikatakan sangatlah berpengaruh. Lalu ada Ratu Tribhuanatunggadewi yang berkuasa pada abad XIV, dan Dyah Suhita pada abad XVI. Mereka juga tercatat di sejarah Indonesia.
Puncak karir politik dalam sejarah Indonesia mencatatkan puncaknya ketika Indonesia memilih Megawati Soekarno Putri sebagai presiden RI ke-5.
Meskipun terbilang pendek, zaman Megawati mencatatkan banyak sejarah. Antara lain berdirinya Komisi Pemberantasan Korupi (KPK) dan perbaikan kondisi ekonomi, khususnya industri perbankan.
Usai Mega, masih banyak tokoh-tokoh politik yang menduduki berbagai jabatan politis. Sebut saja menteri Susi Pudjiastuti. Perempuan yang menjabat sebagai menteri Kelautan dan Perikanan RI pada periode 1 pemerintahan presiden Jokowi ini, sempat membuat berbagai kebijakan yang out of the box. Dia juga dianggap salah satu menteri yang berpengaruh banyak ketika masih menjabat.
3 Alasan mengapa perempuan Indonesia harus berpolitik
Sekali lagi, dalam budaya patriarkhi, posisi perempuan yang ingin berpolitik mengalami sedikit tantangan. Tantangan yang utama adalah soal penerimaan masyarakat yang tidak sepenuh hati melihat perempuan maju khususnya di bidang politik praktis.
Beruntungnya, dunia sudah semakin terbuka. Termasuk di Indonesia. Ada beberapa alasan sebenarnya mengapa pentingnya wanita berpolitik.
- Untuk membela kaum perempuan itu sendiri
Pada dasarnya,hanya perempuan yang bisa merasakan “perasaan” perempuan.Perepuan yang berpolitik dalam rangka membela kaumnya
- Banyak potensi dalam diri perempuan yang belum tergali
Pada dasarnya, wanita memiliki banyak potensi dan pemikiran yang tidak kalah dengan laki-laki sehingga memang bisa lebih berkontribusi pada
berbagai bidang. Termasuk dalam bidang politik praktis misalnya. Banyak potensi politikus perempuan /pejabat perempuan dengan pikiran yang hebat, bukan?
- Turut berkontribusi pada bangsa, agama dan negara
Perempuan yang berpolitik, termasuk politik praktis, misalnya mejadi anggota DPR?DPRD atau jabatan lain sama artinya dengan berkontribusi pada kemajuan bangsa dan negara. Apalagi, politik tidak sekedar kekuasaan. Perempuan yang berpolitik diharakan dapat berkontribusi pada kepentingan umat yang lebih luas lagi.
Suara Perempuan Dalam Politik
Perempuan Indonesia bisa dikatakan beruntung. Khususnya dengan kesempatan untuk terjun langsung dalam politik atau memberikan suaranya di dunia politik.
Suara perempuan memiliki arti pentingnya. Pertama karena pemilih perempuan Indonesia, menurut data BPS 2019 lebih banyak dari jumlah laki-laki yang juga tercatat berhak memilih di pemilu 2019. Data tersebut menyebutkan bahwa jumlah pemilih perempuan tercatat 96,6 juta orang. Bandingkan dengan pemilih laki-laki yang berada di angka 96,3 juta orang
Kedua, suara perempuan akan turut mempengaruhi berbagai kebijakan soal perempuan di masa depan.
Yang menarik, ruang untuk perempuan berpolitik di Indonesia semakin besar dengan peraturan KPU (PKPU) No 7/2013 pasal 27 ayat (1) huruf b tentang kuota 30% keterwakilan caleg perempuan di setiap daerah pemilihan.
Dalam aturan tersebut, artai politik bila ingin ikut pemilu harus memastikan ada calon legislatif perempuan. Ini tentu saja langkah maju untuk memastikan suara perempuan di parlemen terdengar, dan diharapkan mereka mampu mewakili suara perempuan lainnya.
Memang ada saatnya perempuan berada di samping. Ada saatnya jua perempuan berada di garis depan untuk turut berkontribusi ikut memperjuangkan kepentingan masyarakat.
Perempuan juga banyak dianggap lebih baik dalam politik.Salah satunya karena sifat mereka yang lebh mudah berempati dan tidak terlalu berlebihan dalam berkompetisi di dunia politik.Namun, walaupun ada kuota 30 persen, di daerah-daerah di Indonesia masih agak sulit mencari politisi perempuan handal. Salah satunya karena budaya patriarki yang masih kental tadi di kepengurusan partai politik daerah misalnya.
Apapun keputusan yang diambil perempuan dalam politik, aktif di garis depan atau hanya memberikan suaranya, tidak pernah ada yang salah. Vox populi, vox dei -- suara rakyat, adalah suara Tuhan. Suara perempuan sangat layak didengar. #
Tulisan ini merupakan FBB Kolaborasi Oktober 2020 sekaligus lomba blog ultah FBB ke -4
Menurutku posisi wanita dan pria dalam politik itu sama, apalagi kalo tujuannya untuk memajukan bangsa dan negara.
BalasHapusSelain itu, keputusan mengenai wanita dan anak-anak lebih baik melibatkan wanita juga, karena mereka jauh lebih paham akan hal tersebut.
wah, benar sekali kak. di beberapa hal wanita lebih mengerti dunia mereka sendiri dan dunia anak2 ya.makasih insight nya kak
HapusPolitik bagi perempuan memang dibutuhkan ya kak. Aku dulu sejak SMP-Kuliah juga aktif di organisasi. Tapi tetap pada porsinya.
BalasHapusPerempuan harus maju.
yeeees, semangat kak Niken. perempuan harus maju yaak
HapusPerempuan berpolitik itu bisa menjadi wakil sekaligus menyarakan aspirasi perempuan ya untuk di segala bidang. Contoh untuk perempuan ibu bekerja pasti membutuhkan pendukung seperti cuti hamil, melahirkan, menyusui dan sebagainya nah itu kan harus ada wakilnya di jajaran pemerintahan yang notabene dodapatkan dari perwakilan partai politik ,,...setuju banget sih kalo perempuan melek politik
BalasHapushehehehhe hanya perempuan yang tau engenai perempuan. Semangat para perempuan Indonesia yaaa. Makasih kak Bayu
HapusBos saya juga pernah bilang soal perumpaan tentang politik itu, kata beliau tidak ada yg namanya teman atau musuh di politik, yg ada hanya kepentingan XD.
BalasHapusBtw setuju banget sama kalau hanya perempuan yang bisa merasakan perasaan perempuan, itu salah satu alasan pentingnya wanita berpolitik 👍
bener kak, itu alasan perempuan berpolitik emang, mereka bisa lebih berempati hehe
HapusPerempuan dan laki-laki punya nilai dan kedudukan yang sama dibidang politik. Bahu membahu dan kerjasama pasti akan memberi hasil jauh lebih baik buat masyarakat. Begitu menurut saya.
BalasHapusiya mbak utari, mereka punya kedudukan yang sama dalam politik seharusnya ya. kerjasama tentu lebih baik
Hapusmba enny ternyata aktivis , dalam politik menurut saya kedudukan perempuan dan laki laki itu sama, bisa berkolaborasi untuk Indonesia lebih baik
BalasHapushahaha itu cerita zaman dl kak. iya kak perlu kolaborasi
HapusKeren, mbak Enny. Sudah berorganisasi sejak lama, sebuah langkah awal belajar berpolitik sedari muda. Aku sendiri sarjana ilmu politik, haha..paham banget kalo dalam politik, perempuan dan laki-laki punya porsi kontribusi yang sama.
BalasHapuswah kak rella sarjana politik ternyata taaa...iya harusnya punya kontribusi yang sama yaa
HapusSaya salut sama perempuan yang terjun di dunia politik. Selain cerdas biasanya juga pintar strategi. Nggak banyak perempuan yang kemudian benar-benar solid, angkat jempol deh yang bisa eksis berpolitik
BalasHapusiya kak sita, mereka mungkin benar-benar harus serius dan fokus kan ya bila ingin berpolitik kayak gt.gak bisa disambi-sambi ahaha
HapusPolitik masa mahasiswa adalah simulasi untuk menghadapi politik sesungguhnya saat lulus kuliah. Bagus ini untuk membuka pola pikir & berpikir kritis thd isu sekitar.
BalasHapusiya benar Helka, semacam simulasi gitu kalau di organisasi mahasiswa
HapusSemoga para perempuan di politik tidak hanya menggenapkan suara atau memenuhi kuota ya. Semoga bisa juga menyuarakan aspirasinya
BalasHapusiya semoga yaaa...bisa menyuarakan aspirasi rakyat
HapusWaaah mantap mbak eny sedari kecil memang udah dekat yang namanya politik.
BalasHapusAku setuju sama qoute yang mengatakan tidak ada teman, dan lawan. Pada dasarnya mereka yang berlawan bisa menjadi teman, begitupun sebaliknya.
Iya Nis, yang ada kepentingan yang abadi hiks :)
Hapusperempuan berpolitik memang masih tidak terlalu banyak saat ini. tapi kenyataannya sekarang juga cukup banyak kepala pemerintahan wanita dan cukup berhasil dalam mengatur negaranya, ya, kak
BalasHapusiya banyak wanita pemimpin di Indonesia
HapusNah, ikut di organisasi dan kegiatan kemahasiswaan juga sebagai tindakan berpolitik ya mba. Mungkin dalam skala kecilnya, jujur sih aku dulu nggak tertarik banget sama perpolitikan sampai akhirnya pelan-pelan ikut organisasi jadi sedikit demi sedikit bikin tertarik sama dunia politik
BalasHapusiya betul, organisasi mahasiswa sarana belajar juga
HapusBener banget. Ketiga alasan di atas merupakan penguat yg sangat oke agar wanita juga bisa ikut andil dalam kegiatan politik. Suara perempuan, suara bangsa.
BalasHapusKetiganya adalah alasan yg tepat untuk menggambarkan pentingnya wanita ikut ambil peran dlm dunia politik. Bukan utk menjatuhkan laki2, tapi untuk mengimbangi.
BalasHapusbetulkak, perempuan saling berkolaborasi dengan laki2 untuk kepentingan bangsa juga
HapusDengan ada wanita yang berpolitk, suara kita bisa terwakili
BalasHapusbetul banget kak.semoga mereka membawa aspirasi kita
HapusBagi saya politik itu seni, ya seni berdiplomasi. Sekaligus sebagai cara untuk memujudkan gagasan dalam tindakan nyata ya politik. Kata orang politik itu kejam, menurut saya politik itu suci yang kejam adalah orangnya, bukan politiknya.
BalasHapusLantas perempuan berpolitik, yes saya setuju sekali.
Sebagai orang yang dibesarkan dalam budaya patriarkat saya ahak tidak sependapat dengan beberapa konsep patriarkat. Namun bersyukur di tengah era demokrasi perempuan - perempuan hebat mulai bermunculan. Ini menjadi indikator penting bahwa perempuan tidak bisa diremehkan. Perempuan berpolitik adalah pilihan untuk meneruskan perjuangan RA Kartini, wanita hebat Indonesia dan mbak Enny yang menulis ini dengan sangat baik sekali. Mari jadikan politik sebagai seni dalam memimpin. Minimal memimpin anak - anak di rumah...
Terima kasih mbak, tulisan ini sangat menarik, menggundang tanggapan dengan beragam pendapat... menarik.
haalooo kak, makasih udah berkunjung ya. bener kak ,kita bersykur sekali berada di era demokrasi yang baik sehingga ada kesempatan bagi perempuan juga
Hapusthank you kak opininya..