Banyak yang tidak sadar,
postingan di media sosialnya bisa menimbulkan ujaran kebencian atau malah
berita hoaks. Mulailah dari diri sendiri untuk terus berkarya dan menularkan
kebiasaan yang baik dalam bermedsos.
Sekitar setahun yang lalu,
saya panik bukan kepalang. Anak saya yang kelas 6 Sekolah dasar (SD) saat itu
memiliki akun instagram yang sebenarnya ada di HP saya akunnya. Tetapi tanpa
saya ketahui dia memposting “ejekan” kepada teman-teman tim sepakbolanya, karena
kecewa kalah bermain sepakbola bola, dengan kata-kata yang tidak pantas.
Salah satu temannya,
ternyata ada yang screenshot
postingan di Instagram story tersebut dan masalah berlanjut kemana-mana. Anak
saya bukan hanya di bully teman-teman
team-nya dan diancam akan “diserang” tetapi sampai masalahnya ke pelatih bahkan
dianggap mencemarkan nama baik sekolah sepakbolanya.
Untungnya saya cepat
mengetahui masalah ini dan kemudian dapat turut membantu menyelesaikan
permasalahannya. Awalnya, kami meminta maaf lewat WA grup. Anak saya juga
kemudian, atas mediasi dari pelatihnya, beberapa hari kemudian meminta maaf secara
langsung kepada teman-teman team-nya dan berjanji tidak mengulangi lagi
perbuatannya.
Kasus yang menimpa anak saya
mungkin hanya salah satu kecil contoh
betapa bijak bermedia sosial sangat diperlukan. Dan ketika anak-anak
dibawah umur, bermedsos, bisa saja mereka belum mengerti penuh, bagaimana
menggunakan medsos dengan baik.
Masalahnya, kini
ketidakbijakan bermedia sosial tidak hanya terjadi pada anak-anak saja. Lihat
saja di berbagai timeline media sosial. Banyak dari mereka yang sebenarnya
sudah cukup umur, ternyata masih belum mampu membedakan postingan positif dan
negatif. Belum mampu memilah-milah. Bahkan, yang lebih parah, banyak orang
dewasa yang ternyata tidak bisa menggunakan medsos dengan baik. Salahnya dimana
ya?
PENTINGNYA
LITERASI DIGITAL
Itulah mengapa, literasidigital menjadi kata yang sangat penting di era digital ini. Apalagi di masa
pandemi, yang memaksa semua orang untuk menggunakan internetnya dalam berbagai keperluan kehidupannya.
Dalam Webinar bertema “ Mengisi
Kemerdekaan Dengan Postingan Positif“, via Zoom meeting, belum lama ini, Indra
Gunawan ,Deputi partisipasi masyarakat Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindung Anak (KEMENPPPA) menyebutkan rata-rata
anak-anak sudah kenal internet dan teknologi informasi sejak mereka masih
kecil. Apalagi di masa pandemi,
anak-anak yang harus belajar online, mau tau mau juga menggunakan internet.
Inilah menurutnya yang
menjadi tantangan terbesar anak dan khususnya para orang tua yang mendampingi
anak-anak. Apalagi saat ini, ada sekitar 40.000 media di Indonesia. Dari
sejumlah itu, yang terdaftar di Dewan pers hanya sekitar 200-an. Inilah yang
membuat media menjadi sangat sulit diawasi.
Nara sumber pertama dalam
webinar ini adalah Amy Kamila. Psikolog sekaligus konsultan cyber psikologi ini
juga menyoroti pentingnya konten positif.
Menurut founder SOB yang juga
menggeluti dunia scenario dan aktif di youtube ini, viral sebenarnya hanya
bonus. “ Viral itu bonus, keren itu harus, kreatif tantangannya, “ ujarnya.
Psikologi manusia, ujarnya,
ingin terus berkembang. Maka ujarnya, buatlah berita yang baik-baik “Mulailah
dari kebermaknaan” lanjutnya.
Karenanya, Amy mengajak untuk membuat konten-konten yang baik sehingga akan di share lebih banyak orang. Menurutnya jangan khawatir soal uang atau penghasilan. Itu sah-sah saja dan uang akan mengikuti ketika memang kita dianggap mempunyai nilai tersendiri dari postingan-postingan atau content yang dibuat.
Karenanya, Amy mengajak untuk membuat konten-konten yang baik sehingga akan di share lebih banyak orang. Menurutnya jangan khawatir soal uang atau penghasilan. Itu sah-sah saja dan uang akan mengikuti ketika memang kita dianggap mempunyai nilai tersendiri dari postingan-postingan atau content yang dibuat.
Amy mengajak untuk segera
memulai membuat konten yang positif . “Ide tanpa dimulai, tidak akan jalan,”
tambahnya. Amy menyarankan untuk memulai dari mengembangkan ide, meletakkan
rasa dalam karya,kroscek ide dan menyadari bahwa karya adalah tanggungjawab
kreator.
Untuk konteks keluarga, Amy
merekomendasikan hanya meminjamkan atau membolehkan anak-anak hanya memakai
handphone/gadget selama 2 jam. Itupun harus ada jeda tiap 20 menit. Kemudian, orang
tua tentu saja harus jadi panutan anak-anak untuk urusan gadget dan media
sosial ini. Karena dia tetap menyarankan ada kesepakatan bersama orang tua dan
anak dalam penggunaan gadget ataupun bermedia sosial.
KUATKAN
KONTEN PERSONAL
Sementara pembicara kedua,
Ani Berta, blogger dan content writer,
ingin mengajak untuk berjuang di era media sosial sekarang. Menurutnya,
informasi yang datang saat ini sangatlah banyak. Hanya saja ada satu mata pisau
yang nggak bisa dihindari yaitu mata
pisau negatif. Dampaknya, anak muda menjadi tidak produktif dan cenderung
konsumtif --- lebih banyak komen dan scroll medsos—yang kemudian membuat mereka
malas bergerak (mager) dalam tahap yang akut.
“ Memang kita nggak bisa
mengontrol orang lain tetapi kita bisa mengontrol diri kita sendiri, “
tambahnya. Ani menyarankan untuk menguatkan konten personal yang baik dan bisa
menjadi corong informasi untuk pemerintah.
Pembicara terakhir dari
webinar ini adalah Maman Suherman. Beliau dikenal sebagai mantan jurnalis dan
penulis banyak buku. Menurut Maman, menjelang hari-hari pemilu maupun pikada
seperti saat ini adalah saat yang menakutkan buatnya. Mengapa? Karena disaat
itu kawan bisa saja menjadi lawan, dan sodara bisa jadi sudah terlupakan.
Semuanya gara-gara berbeda pandangan politik, misalnya.
Saat ini Indonesia merupakan
negara dengan pengguna gadget nomer 4 terbesar di dunia. Kemudian sebuah survei
juga menyebutkan masyarakat Indonesia nomer 4 paling cerewet di dunia dengan
catatan 15 detik per tweet. Sedangkan dua kota dengan catatan tweet terbanyak
adalah Jakarta dan Bekasi.
Itulah mengapa ujarnya, saring sebelum Sharing menjadi hal yang sangat penting. “ Sebelum posting,baca
kembali,“sarannya. Kemudian, Indonesia juga membutuhkan budaya menulis yang
baik. Budaya menulis hanya tercipta bila budaya membaca juga sudah baik.
4K ujar Maman wajib dipahami
oleh mereka yang ingin menebarkan kebaikan di media sosial. 4K tersebut adalah
komunikasi, kolaborasi, Critical thinking dan kreatif. “Ayo jadi perekat.
Sadari pula anak punya dunia sendiri dan punyailah perspektif gender yang baik,
“ tambahnya. Di akhir acara, Maman juga menyadarkan lagi untuk menjadi orang
yang memberi arti, dalam konteks yang lebih luas, sesuai dengan bidang keahlian
masing-masing.
BLOG
SARANA BERBAGI
Buat saya pribadi, blog
adalah media sosial sebagai sarana berbagi hal-hal positif. Ngeblog sejak 2010-an buat pertama kali. Kemudian baru benar-benar ngeblog secara serius sejak 2018 akhir. Awalnya tentu saja saya juga tak paham soal job-job yang ternyata ada di dunia blogger. Jadi memang murni blog buat sharing saja.
Namun kemudian sejak bergabung dengan komunitas, banyak ilmu baru ternyata di dunia perbloggeran. Dan hingga saat ini tentunya masih juga belajar . Semoga blog saya juga tetap konsisten sahring bermanfaat dan menebar kebaikan.
Seperti yang disampaikan Teh Ani Berta, memang sudah eranya media sosial sehingga memang semua orang dituntut untuk berjuang dengan caranya masing-masing dalam rangka menebar kebaikan.
Namun kemudian sejak bergabung dengan komunitas, banyak ilmu baru ternyata di dunia perbloggeran. Dan hingga saat ini tentunya masih juga belajar . Semoga blog saya juga tetap konsisten sahring bermanfaat dan menebar kebaikan.
Seperti yang disampaikan Teh Ani Berta, memang sudah eranya media sosial sehingga memang semua orang dituntut untuk berjuang dengan caranya masing-masing dalam rangka menebar kebaikan.
Bagi para blogger misalnya,
blog bisa dijadikan sarana untuk berbagi tulisan-tulisan yang postif dan
bermanfaat. Dengan terus belajar dan upgrade diri, para blogger bisa terus
menulis yang baik, mudah dipahami dan yang lebih penting, selalu memberi
sharing yang bermanfaat bagi pembacanya.
Bertepatan dengan hari
Kemerdekaan Ri ke -75 di 2020 ini, mungkin sudah saatnya kita bertanya ke diri
sendiri : Apa yang sudah kita sumbangkan buat Indonesia tercinta? Apakah kita
sudah mampu bermedia sosial dengan baik sehingga turut menebar kebaikan dalam
kehidupan berbangsa?
Silakan dijawab
masing-masing ya, teman-teman. #
Posting Komentar
Untuk yang menyertakan link hidup atau tanpa identitas, mohon maaf, komennya tidak akan di ditampilkan :) Terima kasih