Pernah mendengar
istilah sandwich generation (generasi sandwich) ? Ini sebuah istilah yang diperkenalkan sejak
1981. Sandwich generation ibarat seseorang yang terjepit, harus mtembiayai anak
tetapi juga harus membiayai orang tuanya.
Assalamualaikum. Haloo.bersua
kembali. Semoga selalu sehat di tengah pandemi yang belum juga berakhir ya.
Kemarin bertemu dengan
seorang teman baik. Jujur, sejak corona, inilah pertemuan pertama kalinya.
Itupun karena ada urusan mendesak. Temen ini, suaminya juga kena musibah,
terdampak pandemi. Suaminya harus dirumahkan oleh kantornya dan sudah berhenti
bekerja sejak aal April.Sementara kedua orang tuanya harus tinggal bersama
mereka karena sudah sepuh dan sakit-sakitan.
foto by greatcall dot com |
Tadinya kedua orang
tuanya ini ikut bekerja tempat sang paman. Mengelola toko sang paman, tapi
kemudian karena sakit-sakitan, anak-anaknya meminta untuk berhenti saja.
Otomatis, orang tuanya tak ada penghasilan lagi juga.
Saya ikut sedih dengan
“musibah” yang menimpa teman ini. Di satu sisi, dia butuh biaya buat
sehari-hari karena suaminya tak lagi bekerja sementara waktu. Sementara disisi
lain, ada beban hidup atas kedua orang tua.
Btw,teman
saya,sebenarnya sama sekali nggak keberatan mengurus kedua orang tuanya.Bahkan
bisa dikatakan, dialah yang meminta kedua orang tua untuk menghentikan mecari
uang dan hidup bersama cucu-cucu saja di masa tuanya. Namun kemudian kondisinya
memang tak semanis dibayangkan. Apalagi kemudian datang badai pandemi juga.
Temen saya hanya salah
satu contoh nyata dari generasi sandwich disekitar kita. Generasi millenial
juga banyak yang terjebak dalam kondisi ini dan susah menemukan solusi yang
terbaik.
Sejak
Kapan Istilah Generasi Sandwich?
Istilah ini sebenarnya
sudah muncul sejak 1981 dan diperkenalkan oleh Dorothy A Miller professor di
Universitas Kentucky, Amerika Serikat. Dorothy menyebut generasi sandwich
sebagai perempuan berusia 30-40 tahun yang terhimpit beban untuk membiayai anak
dan orang tua yang sudah lanjut. Tentunya seperti sandwich karena terhimpit dua helai roti.
pada masa tersebut, banyak perempuan akhirnya memutuskan menunda untuk memiliki anak karena memiliki tanggungan lain. Namun lama kelamaan istilah tersebut berkembang hingga tak hanya perempuan yang mendapatkan label 'generasi sandwich' tetapi juga laki-laki. Bahkan sek,arang generasi millenial, disebut-sebut mempunyai masalah ini.
pada masa tersebut, banyak perempuan akhirnya memutuskan menunda untuk memiliki anak karena memiliki tanggungan lain. Namun lama kelamaan istilah tersebut berkembang hingga tak hanya perempuan yang mendapatkan label 'generasi sandwich' tetapi juga laki-laki. Bahkan sek,arang generasi millenial, disebut-sebut mempunyai masalah ini.
Masalahnya, generasi
ini dianggap rentan stres karena beban hidup yang terlalu berat dan kemudian
berdampak kepada kehidupan ekonomi dan sosial mereka.
Di Indonesia sendiri, generasi sandwich bukan sesuatu yang baru. Apalagi ada
“kebiasaan” dan “adat” yang menyebutkan memang kewajiban anak mengurus orang
tua. Apalagi yang sudah sepuh.Tentu saja, siapapun kita, akan sepakat dengan hal ini. Mengurus orang tua tentu saja ibadah. Tetapi bila sampai menimbulkan stress dan ketidakmampuan secara finansial, tentu saja hal ini sangat berbahaya.
Bila
Sudah Terlanjur Jadi Generasi Sandwich...
Bila sudah terlanjur
menjadi generasi sandwich yang harus mengurus keluarga secara financial plus
mengurus orang tua atau mertua, ada beberapa hal yang mungkin bisa dicoba untuk
dilakukan
Usahakan
Orang Tua Tercukupi
Tentu saja k,ita tak,
menginginkan memiliki orang tua yang kesulitan di keuangan (finansial). Mungkin
kita bisa membantu menganalisa “aset’ orang tua. Mulai dari tabungan mereka,
aset yang dimiliki hingga sisa utang yang harus dilunasi. Diskusikan dengan
halus kepada merek,a langk,ah keuangan apa dalam jangk,a pendek maupun jangka
panjang.
Tidak ada salahnya juga
terbuka soal keuangan dan kebutuhan kita juga dalam rumah tangga. Ini tentu
saja, jangan sampai orang tua berpikiran, kita bekerja tapi kok pelit sama keluarga.Hmmm
Diskusikan
Dengan Adik,/Kakak/Sodara
Terutama sodara kandung
kita, harus juga mengetahui secara persis kondisi yang dialami. Diskusikan
dnegan mereka dan cari solusi terbaik. Misalnya, bila orang tua tak lagi punya
penghasilan atau tidak bekerja lagi, apakah memungkinkan untuk patungans etiap
bulan untuk membiayai kehidupan orang tua di masa depan. Jangan lupa diskusi dengan
pasangan agar tidak muncul kesalahpahaman.
Lindungi
diri, keluarga, orang tua dengan asuransi
Memang awalnya terasa berat.
Tetapi ini adalah cara terbaik untuk menyelamatkan kehidupan di masa depan.
Minimal mempunyai asuransi kesehatan. Asuransi murni kesehatan cukup terjangkau
untuk kalangan kelas manapun, asal ada keinginan tentunya. Jangan lupa
asuransikan juga orang tua, apalagi mereka sangat rawan sakit di masa tuanya.
Jangan
Lupa Bahagia
Mungkin saja kamua kan
merasa sangat tertekan dengan kehidupan yang dijalani saat ini. namun masih banyak, cara untuk tetap bahagia.Salah satunya tetap punya wak,tu untuk, diri sendiri atau ada waktu mengerjakan hobi, misalnya.
Bagi
Kita, Bagaimana Agar Tak Mengulang Sejarah
Generasi sandwich bisa
saja nanti terulang lagi pada kita yang saat ini masih produktif. Di masa tua,
bisa jadi kita akan membebani anak-anak k,ita karena ketidakmampuan bekerja dan
lainnya.
Ada beberapa cara,
menurut saya, yang bisa dilakukan untuk
menghindari agar sejarah tak lagi berulang
Anak
Jangan Dianggap Tabungan
Sebanyak apapun kamu
merasa telah membiayai anak-anak, anggaplah itu memang tugas orang tua. Jangan sekali-kali
menganggap anak sebagai “tabungan” yang bisa ditarik, di masa depan. Apalagi
ketika mereka kelak punya kehidupan sendiri dan juga punya kewajiban membiayai
kehidupan keluarga dan anak-anak mereka.
Buat
Manajemen Keuangan Sejak Dini
Langkah ini tak mudah.
Tapi bukan berarti tak mungkin. Mumpung masih produktif, usahakan untuk
memiliki dana darurat, uang pendidikan yang terencana bagi anak-anak, asuransi
dan investasi di masa depan.
Lebih baik lagi, bila
memiliki aset berupa kost-kostan,kontrakan, sawah yang kira-kira bisa untuk
masa depan. Bagi yang berprofesi sebagai ASN, agak ebruntung, karena sedikit
banyak masih ada uang pensiun yang bisa digunakan di masa depan.
Bagi yang bekerja di
sektor swasta/pengusaha, tak ada cara lain kecuali mempersiapkan manajemen
keuangans ejak dini dengan baik.
Berdoa
dan Berserah Diri Kepada-Nya
Kita tidak pernah tahu
apa yang akan terjadi di masa depan. Tidak ada cara lain kecuali menguatkan
diri dengan doa, mempersipakn anak-anak jadi sholeh/sholehah dan berserah diri
kepada-Nya untuk masa depan yang lebih baik.
Semoga kita termasuk
orang-orang yang beruntung ..
Tetap semangat..
Tipsnya bermanfaat banget, Mbak. Karena memang banyak banget generasi sandwich sekarang ini. Dan yang bikin pusing sekarang adalah karena adanya pandemi. Semoga aja di balik pandemi ini banyak hikmahnya. Dan semoga generasi sandwich diberi kekuatan dan bisa terus bahagia.😄
BalasHapusbetul kak, semoga generasi ini diberi kekuatan lebih terutama di masa pandemi gini..
HapusAlhamdulillah saya justru banyak belajar dari kondisi keuangan orang tua. Orang tua saya keduanya PNS, tapi bisa dikatakan tidak punya tabungan dan aset apa-apa kecuali rumah tinggal. Ketika ada kondisi darurat selalu berhutang. Akhirnya setiap punya uang selalu habis untuk membayar hutang. Saya melihatnya sebagai kasus orang yang salah mengelola keuangan. Makanya saya setelah punya penghasilan selalu berusaha menabung sebanyak-banyaknya dan invest ke mana-mana. Tidak lupa saya juga bikin tabungan darurat beberapa lapis. Buat antisipasi sehingga ada plan A, plan B, plan C, dll.
BalasHapusGak lupa saya bersyukur masih muda tapi sudah sadar finansial jadi gak nyesel kaya jaman orang tua saya.