Sulit sebenarnya melukiskan kisah seorang ibu. Ya, walau ibuku sendiri. Meskipun kini aku juga sudah jadi ibu bagi tiga anak yang masih menjalani hidupnya dengan bersekolah. Namun, tetap sulit melukiskan betapa mulianya beliau, bagi kami yang tetap jadi anak-anaknya, berapapun usia kami sekarang.
Alhamdulillah, FBBKolaborasi kali ini memberi kesempatan untuk melukikan sosok ibu, wanita termulia dalam kehidupan kita. Terima kasih FBBKolaborasi. Baiklah, aku ingin mencoba memulainya.
Kami memanggilnya mama. Tahun depan usia beliau beranjak 70 tahun. Tidak lagi muda pastinya. Dalam usia yang sudah menua ini, mama ku sudah mengidap beberapa penyakit yang memang wajar sih sebenarnya ada di usianya. Penyakit paling "ringan" adalah katarak.
BACA JUGA : PENGALAMAN MERAWAT PASIEN PASCA KATARAK
Penyakit lain adalah penyakit di usus , yang membuat beliau harus sangat berhati-hati menata makanannya. Untuk urusan penyakit di usus ini, mamaku sudah dua kali opname karena diserang sakit perut yang luar biasa dan hanya akan berhenti ketika melewati 2x24 jam (hiks). Itu belum sakit perut yang tiba-tiba membuatnya harus segera ke dokter, hanya karena salah makan sedikit. Sedih kalau melihatnya menderita penyakit ini ketika kambuh.
mamaku (kiri) dan keluarga besar |
Penyakit lain adalah diabetes. Ini juga penyakit yang kata orang ibu dari segala penyakit. Harus sangat berhati-hati menjaga asupan makanan dan diet di banyak hal. Untuk yang terakhir, beliau sempat satu kali opname di tahun lalu karena gula darahnya lebih dari 500.
Menjalani usia yang tidak lagi muda tentu tidak mudah. Namun yang aku salut, beliau masih tetap bersemangat. Bersemangat menjalankan kebaikan-kebaikan kecil, bersemangat pengajian, rutin sholat malam dan sholat sunnah, rajin masak-masak yang beliau suka plus paling kereeen adalah tetap semangat menjadikan rumah cling, bebas debu hahahahahaha. Kalau yang terakhir ini memang sudah tertanam dari masa muda beliau untuk yang selalu menjadikan rumah dan lingkungan bersih. Alhamdulillah, soal beberes dan bersih-bersih ini hanya sedikit bakatnya yang terturun ke aku :) aku tidak serajin beliau menjaga ke-cling an rumah. Maklum, lelah mengatur bocah-bocah agar berdisiplin hehe
^^^^^
Sekedar kilas balik, masa kecil kami jalani dengan biasa-biasa saja dan cukup normal. Kami, tiga bersaudara, menghabiskan TK dan SD di dekat rumah saja. kebetulan Alm abah bekerja sebagai dosen di UIN Antasari sehingga kami semua bersekolah di lingkungan UIN yang saat itu masih bernama IAIN.
Karena kedua orang tua yang PNS, masa kecil kami bisa dikatakan agak ribet. Berganti-ganti asisten rumah tangga di rumah, mendapatkan asisten RT yang agak terganggu jiwanya, asisten RT yang pacaran terus, sampai kami yang titipkan ke sodara menjadi hal biasa. Untungnya mama yang guru SMP dan abah yang dosen, membuat mereka agak "senggang" dalam membagi waktunya bagi keluarga juga. Kami bertumbuh dengan wajar.
Masa kecil yang sebagian besar sudah susah buat diingat-ingat hahaha. Hanya ingat, tiap Jumat adalah hari istimewa bagi kami.
Mama pasti memasak sop ayam enak, dan kami nikmati bersama usai abah pulang sholat Jumat. Oh iya, masa itu PNS tak semakmur sekarang. Tidak heran, kami juga memakan beras pembagian yang rutin mereka dapat tiap bulan. Masa kecil dulu, sumpah, aku nggak bisa membedakan jenis beras yang sudah dimasak jadi nasi. Rasanya sama saja. Padahal beras pembagian jelas-jelas tidak seenak beras-beras di Banjar. Hehehe, buat kami sih yang penting lauknya enak. Nah, alhamdulillah, melalui tangan mama, setiap masakan jadi enak. Dan tentu saja makan kami jadi nikmat selalu alhamdulillah.
Aku juga ingat bagaimana dengan uang yang tidak banyak, mereka berupaya memenuhi kebutuhan kami dan akhirnya dengan tabungan, bisa menunaikan ibadah haji.
BACA JUGA : APA ENAKNYA JADI PNS?
Tahun 2001, abah meninggal dunia karena sakit. Saat itu tentu saja kami bertiga masih sangat muda. Kebayang betapa ribetnya mamaku mengasuh kami bertiga sampai akhirnya seperti sekarang. beliau tetap menjadi single parents saat itu buat kami semua.
Namun, sekali lagi banyak pelajaran yang aku ambil. Salah satunya, beliau jarang mengeluh. Tidak pernah meminta ke anak-anaknya bahkan yang ajaib beliau tidak pernah berhutang. Di saat banyak PNS menggadaikan SK, ibuku tak pernah tertarik.
Prinsipnya, hidup seadanya jauh lebih baik dari pada terbelit hutang piutang demi gaya hidup. Untuk prinsip yang terakhir ini sedikit banyaknya menular ke aku hehehe. Oh iya, satu lagi, menurut beliau rumah harus selalu bersih. Jadi walaupun uang tidak banyak, pikiran akan selalu damai karena melihat rumah yang bersih.
Begitu pula pandangan orang. Orang akan menganggap kita berkecukupan karena rumah rapi dan (dikira) selalu ada uang saja. Padahal, nggak tau juga kalau kita sebenarnya sedang bokek hahaha.
BACA : SELALU TERBELIT UTANG, INI CARA MENGATASINYA
Di usia senja beliau ini kami berharap tetap menjadi anak yang berbakti kepada -Nya, hingga akhir. Apalagi jelas-jelas surga dibawah telapak kaki ibu.
Sekali lagi terima kasih FBBKolaborasi, yang sudah memberi kesempatan menuliskan kisah ini. Walau tentu saja kisah ini masih terlalu sederhana dibandingkan begitu banyak jasa yang sudah beliau berikan kepada kami.
Selamat Hari IBU. Berharap diri sendiripun tetap menjadi ibu terbaik sampai di akhir nanti. InshaAllah.
Haduh saya suka sekali dengan prinsip hidup seadanya lebih baik daripada terlilit hutang demi gaya hidup itu. Tularkan ke saya juga dong Ma, *eh*.
BalasHapusBtw, Selamat Hari Ibu untuk Mbak Enny dan Mamanya ya. Semoga selalu sehat dan selalu bisa menjadi ibu yang terbaiq \^_^/
iyaa @ira, prinsip beliau luar biasa.alhamdulillah, harus dicontoh:)
HapusMasyaaAllah luar biasa orang tua Mbak. Terutama Mama juga yang hebat. Suka dengan prinsip hidup bersih dan sederhana keluarga Mbak 😍 sehat-sehat ya Mamanya, Mbak juga sehat2 ..
BalasHapusmakasih Tri, doa2nya.doa yang sama buat kamu dan keluarga ya
HapusWah.. Sdh 70 thn ya mba.. Sy salut sm gaya hidupnya. Biasanya si anak pasti tertular jg nih.. Masya Allah.. Semoga diberikan yg terbaik bagi mamanya mba.. Diberikan kemudahan dalam menghadapi sakitnya
BalasHapusmakasih Winda doanya yaa//iya Win pengennya tertular yang baik-baik hehe.aamiin
HapusAlhamdulillah, semoga mamamu selalu memberi inspirasi dalam kehidupan, khususnya bagi anak-anaknya.
BalasHapusIya @Mia, makasih doanya.aamiin
HapusDuh lucu juga pengalaman dapat macam2 ART yang aneh2. Kenangan masa kecil yang indah. Barakallah untuk kehidupannya Mbak.
BalasHapusiya mbak @Rindang, yang paling unik, ART-nya punya kelainan jiwa. sempet ilang eh ketemu2 di RS Jiwa hiks..hiks,akhirnya dijemput plus dipulangin..wkwk
BalasHapusBanyak b3lajar tentang kekuatan ibu dari para janda. Jadi sering malu mengeluh sementara kita masih ada suami. Dan ternyata perempuan tidak selemah itu.speechless lah kalau membicarakan the power of ibu ini. Dan setuju juga hidup sederhana lebih enak tanpa hutang
BalasHapusiya mb Ruli, kita harus leih banyak bersyukur. thank you ya
HapusBetul mba, setuju tentang rumah bersih..datu lwn nene ulun kalo soal bersih2 nih galak banar sidin, soalnya jua biar rumah kecil buruk gen tapi bersih. uma ae bengkeng banar tu pang,,
BalasHapusNah bujur, biar halus tapi bersih, luar biasa bengkeng jar urang Bjm hehe
HapusPerjuangan seorang ibu emang TDK adakan terganti kan mba.. Eny pun sekarang cuman punya mama dan harus dijaga
BalasHapusmakasin en. iya en harus di jaga, inshaAllah kita bisa
Hapuskalau cerita tentang ibu, rasanya aku bingung untuk 'adil' terhadap nenek yang berperan mengasuh aku dari bayi hingga 16 tahun dan mama yang melahirkan. mereka acap kali cemburu.
BalasHapuslalu berita duka datang, nenek pulang. tugasnya sudah usai :)
terimakasih ceritanya kak
-PS-
Peluk dari jauh
lilpjourney(dot)com
wah kalau gt putri punya " dua " ibu yang berjasa banget. Alhamdulillah put
Hapuswah mamanya awet muda kak nggak kelihatan 70 tahun. sekarang sebagai ibu aku suka mikir kira-kira bakal dikenang bagaimana ya sama anak kalau sudah tua atau nggak ada nanti?
BalasHapusbetul. aku juga suka mikir kayak gitu, kira@ pikiran anak kita ttg kita apa..hehe, semoga yang baik2 ya
HapusAku liat mbak Enny emang sering bahas ibunya ya di blog. Yakin sih juga cinta sama ibunya, ya tiap anak yakin cinta ke ibunya seperti ibu cinta ke kita juga ya kan. Aku pun mama tinggal satu2nya neh, bener2 harus dijaga sih.
BalasHapusiya Rim semoga kita bisa menjaganya ya, aamiin
Hapus