Cahaya-Mu Tak Bisa Kutawar, biografi Pak
Mahfud MD.Buku ini adalah biografi yang ditulis dengan gaya novel.
Sehingga, kita seakan masuk jauh dalam kehidupan si tokoh.
Mengunjungi
Perpustakaan Daerah kali ini ada yang berbeda. Kalau biasanya hanya meminjam novel- novel , kali ini kok tiba-tiba kepikiran meminjamkan buku
yang lain. Apalagi pas ngecek novelnya tampaknya nggak ada yang baru.
Akhirnya salah satu pilihan jatuh
pada buku ini. Buku biografi Pak
Mahfud MD – dosen saya di UII dulu, yang pertama kali “memuji” tulisan saya
pada pekan Ta’aruf 1996– berjudul “Cahaya-Mu Tak Bisa Kutawar”, karya Aguk Irawan.
Membaca
pengantar editor, awalnya tidak terlalu yakin dengan kedahsyatan buku ini.
Biasanya biografi hanya
sekedar biografi. Begitupula dengan novel, yang biasanya hanya sekedar
cerita imajinasi si pengarang. Tapi ternyata buku ini berbeda.
Awal cerita di buku ini
memceritakan masa kecil Mahfud MD
yang hidup di sebuah desa di Pulau Madura. Ketika SD, beliau ternyata sudah
belajar di pesantren sembari tetap bersekolah di SD Negeri. Kemudian menginjak
SMP, Mahfud dikirim orang tuanya ke kota
Pamengkasan, Madura dan bersekolah di Pendidikan Guru Agama Pertama Negeri.
Nama
MD dibelakang namanya ternyata merupakan nama sang ayah yaitu Mahmodin. Mahfud remaja diminta sang guru menempatkan
nama ayahnya dibelakang namanya karena ada tiga nama yang sama dikelas.
Hari-hari
selanjutnya, Mahfud menjalani kehidupannya sebagai anak remaja biasa. Bersama
dua sahabatnya di kost, dia menjalani hidup di kota Pamengkasan, hingga ketiga
sekawan ini sama-sama mendapat beasiswa melanjutkan pendidikan setingkat SMA di
Jogjakarta.
Jogjakarta
akhirnya menjadi kota pilihannya. Baik untuk menuntut ilmu hinga S3 sampai
akhirnya menemukaan pujaan hatinya Yatie di kampus UII Jogja.
Setapak
demi setapak Mahfud berhasil menjalani
karirnya yang sangat cemerlang. Salah satu prestasinya adalah menyelesaikan S3
hanya dalam waktu 2 tahun lebih. Padahal normalnya S3 akan ditempuh orang dalam
waktu 4-5 tahun.
Mahfud
yang cerdas juga terus menulis sehingga namanya semakin dikenal masyarakat.
Tetapi yang tetap tidak berubah adalah semangatnya dalam menjalani pekerjaan,
menulis, optimis dalam kehidupan, berdedikasi hingga menjaga kehidupannya agar
tetap dalam jalan yang lurus dan jujur.
---
Buku
setebal 546 halaman yang cetakan pertamanya di 2014 ini secara umum sangat
menarik. Apalagi ditulis dengan gaya bahasa yang baik sehingga kita—para
pembaca—seakan-akan larut dalam perjalanan kehidupan Mahfud.
Dalam
salah satu bab yang berjudul “Sebuah Ketegasan”, Mahfud menceritakan tentang banyaknya
godaan ketika dia menjadi pejabat. Salah satunya adalah dari seorang pengusaha
properti yang sempat datang ke rumahnya ketika dia ingin menunaikan ibadah haji
sekaligus menjalankan tugas ke beberapa negara.
Awalnya
Mahfud menyangka orang tersebut hanya memberi kain ihram saja. Tetapi ketika
mengetahui isinya segepok uang, Mahfud segera minta bawahannya untuk
mengembalikan uang tersebut. Dia juga sempat ditawarkan dua apartemen di
Jakarta hanya karena tidak memiliki rumah pribadi di Jakarta.
Masih
banyak cerita menarik di dalamnya. Tentu, pembaca juga akan sangat merasakan
semangat dan kerja keras yang mereka jalani baik dalam membangun kehidupan
rumah tangga hinga menempuh berbagai perjalanan baik sebagai pengajar di kampus
maupun kemudian hari—tanpa disangka – dia ditawarkan banyak jabatan yang hampir
tidak pernah ada dalam bayangannya.
Posting Komentar
Untuk yang menyertakan link hidup atau tanpa identitas, mohon maaf, komennya tidak akan di ditampilkan :) Terima kasih